Dongeng Anak Sd - Si Angsa Dan Burung Hantu
Dongeng Anak SD - Si Bebek dan Burung Hantu
Dahulu kala, hidup di kerajaan binatang terasa damai. Seluruh binatang saling sayang menyayangi. Hewan yang bau tanah mencintai yang muda, sedang binatang yang muda menghormati yang tua. Bahkan mereka suka hidup bergotong royong dalam melaksanakan setiap pekerjaan. Siapapun yang menerima kesulitan dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan maka binatang yang lain serentak beramai-ramai membantunya. Sehingga semua pekerjaan yang ringan akan cepat terselesaikan dan pekerjaan yang berat akan terasa ringan sebab mereka mengerjakannya bersama-sama. Mereka melakukannya dengan nrimo tanpa pamrih apapun.
Namun, akhir-akhir ini, kehidupan di kerajaan binatang terasa jauh berbeda. Antara binatang yang satu saling curiga mencurigai. Hewan-hewan bau tanah enggan mencintai yang muda, dan sebaliknya hewan-hewan muda sudah tidak menaruh hormat pada binatang tua. Hewan-hewan muda semakin berani bertindak tidak sopan kepada hewan-hewan tua. Rasa kegotong royongan dalam melaksanakan pekerjaan sudah mereka tinggalkan. Mereka lebih bahagia hidup menyendiri. Bila ada binatang yang kesulitan melaksanakan pekerjaan maka tidak ada seekor hewanpun yang nrimo membantunya. Mereka lebih bahagia menjadi penonton saja terhadap kesulitan teman-temannya. Kehidupan di kerajaan semakin jauh dari rasa kondusif dan tenteram.
Perubahan kehidupan yang jauh dari rasa nyaman di kerajaan binatang itu diakibatkan ulah Si Bebek yang andal gosip. Tiap hari si belibis selalu mengembangkan info dimana-mana. Seluruh binatang senantiasa menjadi materi gosipnya. Sehingga antara binatang satu dan binatang lain terjadi salah faham bahkan tidak jarang terjadi perkelahian. Bila antara binatang satu dan binatang lain terlibat langgar ekspresi dan karenanya berkelahi maka si Bebek menjauhi mereka. Si belibis takut dikeroyok hewan-hewan sebab jawaban ulahnya mereka hingga berkelahi. Bahkan terkadang si belibis saling mengadu domba antara binatang satu dengan lain. Hewan-hewan bau tanah berusaha diadu dengan hewan-hewan muda. Begitupun sebaliknya.
Si burung hantu merasa galau dengan perubahan kehidupan di kerajaan binatang yang semakin tidak ada aturan. Dia tahu bahwa penyebab semua ini ialah jawaban ulah si Bebek. Kemudian Si Burung memikirkan suatu cara bagaimana caranya memberi pelajaran kepada si bebek. Dia ingin menghentikan tingkah polah si belibis yang semakin menjadi-jadi.
- "Kalau ulah si Bebek tidak dihentikan, maka kehidupan di kerajaan binatang akan semakin amburadul," pikir si burung Hantu. Si burung hantu tahu bahwa setiap malam si belibis selalu tidur di bawah pohon tidak jauh dari rumahnya. Oleh sebab itu, menjelang gelap si burung hantu sudah bertengger di dahan pohon dimana di bawahnya tenpat si belibis tidur. Dan tidak berapa usang nampaklah si belibis pulang. Lalu si burung hantu berusaha mendekatinya.
- "Selamat malam, bebek," sapa burung hantu.
- "Hhohoho...selamat malam. Hei, kau rupanya si mata SIONG," jawab si belibis mengejek.
- "Wah kau menghina aku, ya! Apa itu si mata SIONG?" tanya si burung hantu tidak mengerti.
- "Hehehehehe...si mata SIONG! Kalau siang matanya sipit jikalau malam matanya plolong! Hahahaha..."
- "Memang keterlaluan kamu, bebek," kata burung hantu. "Semua teman-temanku niscaya kau hina, kau fitnah, kau memecah-belah ibarat itu. Pantas mereka saling curiga antara satu dengan yang lain."
- "Ya salah mereka! Kenapa mereka udik sehingga sanggup saling berkelahi. "
- "Jangan begitu, bebek! Mereka juga teman-temanmu, jadi kau harus melindungi mereka..."
- "Apa? Melindungi hewan-hewan yang tidak cerdas ibarat mereka? Puih...tidak mau ya. Bahkan mereka pantas mendapatkan hadiah jawaban kebodohannya."
- "Hei, bebek! Tidak pantas kau berkata ibarat itu! Sekali lagi saya peringatkan biar kau jangan melaksanakan hal-hal tercela kepada teman-temanku. Kalau tidak mau....maka.....kamu akan menerima celaka jawaban ulahmu sendiri"
- "Memangnya ada apa dengan kau ini? Sok usil ngurusi urusan teman! Kamu jangan mencoba-coba mengancam aku, ya Burung Hantu! Atau kau menantang berkelahi dengan saya ya!?" hardik si bebek.
Si burung hantu tidak menjawab tantangan si bebek. Sebaliknya ia berusaha memanggil semua binatang biar mengetahui bahwa selama ini mereka telah menerima fitnahan dan memecah-belah si bebek. Di hadapan si belibis dan burung hantu yang sedang berdebat, semua binatang hanya saling pandang sesama mereka. Ada rasa penyesalan di antara mereka. Ada rasa bersalah di antara mereka. Selama ini perilaku mereka berubah jawaban ulah si bebek. Ternyata si belibis telah menfitnah mereka, telah mengadu domba. Mereka merasa geram dan murka terhadap ulah si bebek. Mereka mau mengambil tindakan dengan mengeroyok beramai-ramai namun niat mereka dicegah si burung hantu.
- "Sabar kawan-kawan. Jangan main hakim sendiri. Biarlah si belibis yang mengeluarkan pendapatnya," seru si burung hantu meredam niat seluruh binatang yang mau mengeroyok si bebek.
- "Aku tidak terima apabila menerima tuduhan ibarat ini," kata si bebek. "Sebenarnya tujuanku baik. Aku ingin kalian tidak udik lagi...aku ingin kalian bersatu....aku ingin....,"
Duuuuuuukkkkk....tiba-tiba ada sebongkah kerikil besar menimpa ekspresi si bebek. Entah siapa yang telah melemparkannya. Namun dilihat dari arahnya, tentu si burung hantu yang telah melemparkannya.
- "Aduuuhhhh...weekkk...wek..wek...wek!!!!" teriak si belibis kesakitan. Dia berusaha melepaskan diri dari himpitan kerikil yang menimpa mulutnya namun tidak bisa. Dia terus berusaha melepaskan diri dan karenanya sesudah menarik mulutnya kuat-kuat ia terbebas dari himpitan batu. Namun si belibis kembali berteriak dan merasa menyesal sebab kerikil besar yang menghimpit mulutnya tadi ternyata menciptakan mulutnya menjadi pipih dan sulit menjadi bentuk semula. Si belibis sekarang sulit untuk berkata-kata lagi, sebab setiap berkata-kata dari mulutnya hanya keluar suara : Wek..wek..wekk..wekk. Dan semenjak ketika itu, si belibis tidak sanggup berkata-kata lagi. Dia tidak sanggup memfitnah teman-temannya lagi. Dia tidak sanggup mengadu domba seluruh teman-temannya lagi. Akhirnya ia hanya sanggup menyesal dalam hati dan sambil kedua matanya berlinang air mata ia pergi menjauhi teman-temannya sebab aib atas perbuatannya selama ini.
- "Itulah jawaban kesombongan dan ekspresi yang senantiasa bergosip, memfitnah, dan mengadu domba teman. Pasti akan menerima jawaban sesuai perbuatannya,"
Kata si Burung hantu. Dan seluruh binatang bersorak sorai tanda gembira. Mereka sadar bahwa perilaku mereka selama ini salah jawaban fitnahan dan memecah-belah si bebek. Akhirnya mulai ketika itu mereka bersatu lagi. Hidup mereka menjadi nyaman dan tenteram.
Dongeng Anak SD lainnya => Anak Kerang